Isnin, 12 November 2012

Maafkan Aku: Raungan Janggal Afee...


Seorang jejaka yang mempersiakan cinta seorang gadis, baru tersedar. Kerinduan,dia mengharapkan Tuhan mengembalikan cinta yang hilang itu. Dalam sesal,dipintanya peluang kedua bagi memperbetulkan kesalahan lalu. Tetapi sayangnya, si gadis yang ditinggalkan kini telah menjadi milik orang - berkahwin.

Apakah yang perlu dilakukan oleh jejaka yang mengaku ego itu?Peliklah jika masih lagi dia meraung meminta diberikan kesempatan kedua, sedangkan si gadis telah dimiliki jejaka lain!.

Namun, itulah yang Afee [U-Topia] raungkan melalui lagu ciptaan Eddy Hamid  dengan liriknya tulisan Lin Hamid dari Suria FM.

Bagaimana menyelesaikannya?

Cantik jika biarkan Afee meraung dua kali dahulu, sebelum diakhiri dengan pernyataan dari si gadis - menjadi seperti ini:
Maafkan Aku
(L) Setelah kau pergi tinggallah aku sendiri
Baru kusedar semua pengorbananmu
Selama ini ku tak peduli kupersiakan hidupmu
Keegoanku ini memakan diri
Oooo…. Oooo….. Oooo….
Oooo…. Oooo….. Oooo….

(L) Tuhan tolonglah kurindu dia
Kembalikanlah asmara cinta mekar sewangi dulu
Ku harap engkau maafkanlah diriku
Aku bersalah mempermainkanmu
Hingga membuat kau sengsara

(L) Berilah peluang untuk kali kedua
Akan kubuktikan kasih dan sayangku
Terhadapmu
[Ulang terus bait di atas, barulah ditutup dengan bait berikut. Lengkaplah sebuah 'cerita'...]

(P) Mengapa dulu
Kau hancurkan hati ini
Mengapa engkau
Tak serius dalam cinta
Kenapa kini baru
Engkau menyesalinya
Sedangkan aku kini
Telah dimiliki
Maka tidak perlulah lagi sebuah raungan selepasnya!

Hal ini pernah dilakukan oleh Saari Amri dalam lagu Di sana Menanti Di Sini Menunggu dan Seksa nyanyian Amir dari grup Ukays. Albumnya Bisa Berbisa.

Setelah membiarkan si jejaka mendayu dan mengulangnya barulah dimasukkan penamat cerita.Lihatlah:

                                                  Di Sana Menanti Di Sini Menunggu
Seumur hidup aku
Ini yang pertama
Pintu hatiku diketuk
Oleh dua wanita
Punyai ciri selama ini ku cari
Berbeza wajah ayunya tetap asli
Kalau ku pilih di sini
Apa kata di sana
Kalau ku pilih di sana
Di sini akan terluka
Perlukah aku pilih keduanya
Bahagi kasih adil-adilnya
(*)
Sungguh ku merasa resah
Untuk menilai sesuatu yang indah
Namunku ada pepatah
Yang aku gubah
Di sana hanyalah menanti
Sampai bila pun ku tak pasti
Bertanya khabar melalui tinta
Jarang sekali bertemu muka
Namunku tahu dia setia
Dan di sini tetap menunggu
Berada jelas di mataku
Kasih tak luak terhadap aku
Sanggup menunggu kata putusku
Sayang ketabahanmu menawanku
( ulang *)
Ku terima satu nota
Ringkas tulisannya
Dia sedia undur diri
Dan memaafkanku
Katanya anggap ini satu mimpi
Yang datang sekadar
Untuk menguji

Seksa 
Kemana bintang beribu
Di malam ini
Tiada satupun yang kelihatan
kecuali kelam
Mungkinkah hujan kan turun
Menemani malam
Makin sepilah malam ku ini
Tiada teman bicara
Walaupun lenaku panjang
Tiada mimpi bertandang
Menghitung hari berlalu
Seksanya aku
Walaupun masih teringat
Kau jauh entah dimana
Sudahnya ku duakanmu
Dan tak ku duga kau jelma pula
Menagih lagi janji lama
Sukar bagiku untuk terima
Kehadiranmu untuk bersama
Kali kedua

Tak perlu kau menjelma lagi
Nyata atau mimpi
Kerna bagiku
Semua yang berlaku
Biarkan berlalu
Jangan pula nanti
Kau salahkan aku
Kerna meninggalkanmu

Maaf kerana pahat ini berbunyi setelah lama rumah siap. Ia sekadar iktibar untuk semua. Saya hanya pahat pengamat yang menunggu pahat lain berbunyi.......Apologi untuk semua pengkarya dan peminat lagu itu, termasuk diri sendiri..... Yang sempurna hanyalah DIA!
Kesudian anda ke sini amat dihargai. Jangan serik untuk kembali. Terima kasih.

Tiada ulasan:

LinkWithin

Related Posts with Thumbnails